Saturday 3 May 2014

Sejarah Dan Keunikan Candi Prambanan



Candi prambanan merupakan salah satu candi yang terletak di Indonesia dan merupakan salah satu tempat tujuan wisata. Candi prambanan sering kali dipanggil dengan nama candi Roro Jonggrang, candi ini merupakan candi Hindu terbesar di Indonesia dan sekaligus menjadi candi yang sekaligus menjadi candi yang terindah di Asia Tenggara ini merupakan aset Indonesia yang tidak dapat dinilai harganya, lewat postingan ini saya akan mereview tentang Sejarah Dan Keunikan Candi Prambanan ya sobat.

Candi Prambanan ditemukan pertama kali pada tahun 1733 dalam kondisi runtuh tertutup tanah dan semak belukar oleh C.A. Lons (pegawai VOC pada masa pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia yang tinggal di Semarang). Sejak pertama kali ditemukan hingga tahun 1864 belum ada perhatian dari pemerintah Hindia Belanda. Setelah N.W. Hoepermans melaporkan sebagian batu-batu di Komplek Candi Prambanan digunakan untuk pembangunan pabrik gula, baru mendapat perhatian dari J.W. Ijzerman yang telah mendirikan “Archaeologische Vereeniging van Jogja”, sehingga pada tahun 1885 Komplek Candi Prambanan dibersihkan dari timbunan tanah, khususnya yang menutupi bilik-bilik Candi Siwa. Sistem yang dilakukan masih sangat sederhana, yaitu mengumpulkan dan menggali batu-batu candi yang berserakan serta tertimbun tanah kemudian dikelompokkan tanpa pendokumentasian. Pemugaran secara metodologis baru dilaksanakan pada tahun 1918 oleh Oudheidkundig Dienst yaitu menyusun kembali Candi Siwa. Karena pada saat itu Indonesia masih dalam kondisi perang sehingga pemugaran Candi Siwa baru dapat diselesaikan pada tahun 1953. Candi Brahma dipugar dari tahun 1978 hingga tahun 1986. Pemugaran Candi Wisnu dilaksanakan dari tahun 1982 hingga tahun 1991. Pada tahun 1954 telah berhasil dipugar dua buah Candi Apit dan dua buah Candi Perwara. Candi Wahana (Nandi, Angsa, dan Garuda) dipugar pada tahun 1993. Pada tahun 2004 dilakukan konsolidasi Candi Siwa karena pemugaran Candi Siwa yang dilakukan dari tahun 1918 hingga 1953 tersebut belum menyertakan aspek konservasi. Sesuai perjalanan waktu, pemugaran tanpa memperhatikan preservasi material tersebut menimbulkan dampak. Batu-batu penyusun Candi Siwa mengalami pelapukan akibat bercampurnya semen dengan air hujan yang mengakibatkan terjadinya desintegrasi mineral batuan sehingga batuan tererosi.

Komplek Candi Prambanan digunakan dari tahun 856 M hingga tahun 883 M. Data tersebut berdasarkan pada Prasasti Siwagrha yang dikeluarkan oleh Dyah Lokapala (Rakai Kayuwangi) pada tahun 778 Saka (856 M). Prasasti yang ditulis dengan menggunakan bahasa Jawa Kuna tersebut memuat berita tentang pergantian kekuasaan dari Jatiningrat (Rakai Pikatan) kepada anaknya, yaitu Dyah Lokapala yang bertahta antara tahun 856 M – 883 M. Komplek Candi Prambanan difungsikan pertama kali sebagai tempat pemujaan tingkat kerajaan. Prasasti Siwagrha yang berangka tahun 856 Masehi menyebutkan secara rinci tentang peresmian bangunan suci untuk Dewa Siwa yang disebut dengan Siwagrha atau Siwalaya yang diidentikkan dengan Candi Prambanan. Gambaran gugusan candi yang disebutkan dalam Prasasti Siwagrha diidentifikasikan sebagai Komplek Candi Prambanan. Gugusan candi yang bangunan pusatnya dipagari dengan tembok keliling dan dikelilingi deretan candi-candi perwara yang disusun bersap hanya terdapat di Komplek Candi Prambanan.

Saat ini Komplek Candi Prambanan dimanfaatkan untuk kepentingan ilmu pengetahuan, pendidikan, sosial, agama dan pariwisata. Komplek Candi Prambanan termasuk dalam daftar UNESCO World Heritage Site dengan nomor 349 dan diperbaharui pada tahun 1998 dengan nomor 642.

Kondisi Komplek Candi Prambanan saat ini dalam keadaan rusak berat akibat gempa yang terjadi pada tanggal 27 Mei 2006. Berdasarkan hasil observasi tingkat kerusakan yang telah dilakukan, fondasi bangunan-bangunan di Komplek Candi Prambanan secara keseluruhan tampak tidak mengalami kerusakan yang berarti, karena bangunan candi pada umumnya telah direncanakan oleh para leluhur (nenek moyang) dengan sistem perbaikan tanah terlebih dulu. Fondasi bangunan candi di Komplek Candi Prambanan menggunakan sistem perbaikan tanah berupa campuran pasir kasar kerikil, dan kerakal yang dipadatkan setebal ± 3.00 m di bawah bangunan candi.

Keunikan Candi Prambanan

Kawasan Prambanan merupakan kawasan yang mempunyai kekayaan potensi budaya masa klasik terbesar di Indonesia. Potensi tersebut ditunjukkan dengan distribusi tinggalan candi yang cukup banyak yang mengindikasikan bahwa kawasan ini merupakan bentang budaya masa lalu (Archaeological landscape) dari masa Kerajaan Mataram Kuna abad IX – X Masehi. Komplek Candi Prambanan merupakan komplek candi Hindu terbesar di Indonesia yang menjadi simbol kejayaan Kerajaan Mataram Kuna. Candi ini diduga merupakan salah satu candi tingkat kerajaan pada masa lalu. Hal ini ditunjukkan dengan kemegahan, kompleksitas serta kelengkapan unsur bangunan yang menggambarkan kesatuan konsep Mandala dalam agama Hindu. Prasasti Siwagrha yang diduga berkaitan erat dengan candi ini memberikan gambaran secara rinci mengenai gugusan candi yang diresmikan pada tahun 778 Saka (856 Masehi) oleh raja yang bernama Pikatan, sebagai tanda kemenangan dalam pertempuran melawan Balaputradewa yang berlangsung di Bukit Boko. Atas dasar isi prasasti tersebut, tampaknya Komplek Candi Prambanan dibangun sebagai simbol kebangkitan Kerajaan Mataram Kuna setelah pada masa sebelumnya mengalami keadaan yang tidak stabil, antara lain akibat peperangan dan bencana alam sehingga terjadi perpindahan ibukota kerajaan sebanyak tiga kali.

Komplek Candi Prambanan terbagi dalam tiga halaman yang berbentuk bujur sangkar dan disusun berteras terpusat dimana masing-masing halaman dibatasi oleh tembok keliling. Halaman utama (halaman pertama) merupakan tempat yang dianggap paling suci terletak di bagian dalam, berukuran 110 m x 110 m dengan enambelas bangunan candi di dalamnya, yaitu tiga candi utama (Brahma, Siwa, Wisnu), tiga candi wahana (Angsa, Nandi, Garuda), dua candi apit (utara-selatan), empat candi kelir, empat candi patok. Halaman kedua berada di bagian tengah, berukuran 222 m x 222 m, terdapat 224 candi perwara yang disusun mengelilingi halaman pertama dan terbagi dalam empat baris. Deret candi perwara pertama berjumlah 68 buah, deret kedua 60 buah, deret ketiga 58 buah, dan deret keempat sebanyak 44 buah candi. Halaman ketiga melingkari halaman kedua dengan ukuran 390 m x 390 m.

Candi Prambanan adalah bangunan luar biasa cantik yang dibangun di abad ke-10 pada masa pemerintahan dua raja, Rakai Pikatan dan Rakai Balitung. Menjulang setinggi 47 meter (5 meter lebih tinggi dari Candi Borobudur), berdirinya candi ini telah memenuhi keinginan pembuatnya, menunjukkan kejayaan Hindu di tanah Jawa. Candi ini terletak 17 kilometer dari pusat kota Yogyakarta, di tengah area yang kini dibangun taman indah. Komplek Candi Prambanan terletak pada jalur lalu lintas Yogyakarta – Surakarta dengan ketinggian 153 m di atas permukaan air laut. Komplek Candi Prambanan dikelilingi sejumlah bangunan candi yang bersifat agama Budha, yaitu Candi Lumbung, Candi Bubrah, Candi sewu, Candi Plaosan, Candi Sojiwan, Candi Kalasan dan Candi Sari. Hal ini menunjukkan keharmonisan masyarakat pada waktu itu, dimana pemeluk agama Hindu dan Budha hidup saling berdampingan.

Yang menarik dari candi Prambanan selain dari keelokan benuk candinya, dibalik itu ada ada kisah rakyat yang  menarik  tentang berdirinya Candi Prambanan, diawali ada seorang kesatria yang memiliki nama Bandung Bandowoso yang hendak menikahi seorang putri yang memiliki nama Rara Jonggrang. Rara Jonggrang ternyata tidak menyukai Bandung Bandawasa dan hendak menolak lamaran sang kesatria Bandung Bandawasa tersebut. Rara Jonggrang tidak ingin menyakiti hati Bandung Bandawasa dan akhirnya dia menolak dengan cara yang halus, dia meminta agar dibuatkan 1000 (seribu) candi dalam kurun waktu 1 (satu) malam. Rara Jonggrang berfikir Bandung tidak akan bisa memenuhi permintaannya tersebut, tanpa di kira ternyata Bandung Bandawasa menyanggupi permintaan Rara Jonggrang tersebut. Akhirnya pada suatu malam yang telah ditentukan Bandung Bandawasa memulai membuat candi tersebut dengan bantuan Jin. Pembuatan 1000 candi hampir selesai dibuat, akhirnya Rara Jonggrang merasa panik dan memikirkan suatu cara agar Bandung gagal dalam pembuatan 1000 candi tersebut. Ditipulah Bandung dan Jin nya dengan suara ayam dan aktifitas warga, sehingga Bandung dan Jin nya menganggap sudah pagi. Jin yang takut terkena sinar matahari akhirnya meninggalkan pekerjaan membuat candinya karena menganggap waktu itu sudah pagi. Tanpa diketahui ternyata usaha Rara Jonggrang tersebut diketahui oleh Bandung Bandawasa dan akhirnya rara jonggrang dijadikan candi yang ke 1000 sebagai pelengkap 999 candiu yang telah dia buat bersama dengan Jin nya. Benar atau tidak cerita ini saya juga kurang tau pasti karena pada kenyataannya hanya terdapat ratusan candi saja di candi tersebut. Sampai sekarang cerita mengenai candi prambanan ini masih menjadi legenda.

Candi Prambanan memiliki 3 candi utama di halaman utama, yaitu Candi Wisnu, Brahma, dan Siwa. Ketiga candi tersebut adalah lambang Trimurti dalam kepercayaan Hindu. Ketiga candi itu menghadap ke timur. Setiap candi utama memiliki satu candi pendamping yang menghadap ke barat, yaitu Nandini untuk Siwa, Angsa untuk Brahma, dan Garuda untuk Wisnu. Selain itu, masih terdapat 2 candi apit, 4 candi kelir, dan 4 candi sudut. Sementara, halaman kedua memiliki 224 candi.

Memasuki candi Siwa yang terletak di tengah dan bangunannya paling tinggi, anda akan menemui 4 buah ruangan. Satu ruangan utama berisi arca Siwa, sementara 3 ruangan yang lain masing-masing berisi arca Durga (istri Siwa), Agastya (guru Siwa), dan Ganesha (putra Siwa). Arca Durga itulah yang disebut-sebut sebagai arca Roro Jonggrang dalam legenda yang diceritakan di atas.

Di Candi Wisnu yang terletak di sebelah utara candi Siwa, anda hanya akan menjumpai satu ruangan yang berisi arca Wisnu. Demikian juga Candi Brahma yang terletak di sebelah selatan Candi Siwa, anda juga hanya akan menemukan satu ruangan berisi arca Brahma.

Candi pendamping yang cukup memikat adalah Candi Garuda yang terletak di dekat Candi Wisnu. Candi ini menyimpan kisah tentang sosok manusia setengah burung yang bernama Garuda. Garuda merupakan burung mistik dalam mitologi Hindu yang bertubuh emas, berwajah putih, bersayap merah, berparuh dan bersayap mirip elang. Diperkirakan, sosok itu adalah adaptasi Hindu atas sosok Bennu (berarti 'terbit' atau 'bersinar', biasa diasosiasikan dengan Dewa Re) dalam mitologi Mesir Kuno atau Phoenix dalam mitologi Yunani Kuno. Garuda bisa menyelamatkan ibunya dari kutukan Aruna (kakak Garuda yang terlahir cacat) dengan mencuri Tirta Amerta (air suci para dewa).

Kemampuan menyelamatkan itu yang dikagumi oleh banyak orang sampai sekarang dan digunakan untuk berbagai kepentingan. Indonesia menggunakannya untuk lambang negara. Konon, pencipta lambang Garuda Pancasila mencari inspirasi di candi ini. Negara lain yang juga menggunakannya untuk lambang negara adalah Thailand, dengan alasan sama tapi adaptasi bentuk dan kenampakan yang berbeda. Di Thailand, Garuda dikenal dengan istilah Krut atau Pha Krut.

Prambanan juga memiliki relief candi yang memuat kisah Ramayana. Menurut para ahli, relief itu mirip dengan cerita Ramayana yang diturunkan lewat tradisi lisan. Relief lain yang menarik adalah pohon Kalpataru yang dalam agama Hindu dianggap sebagai pohon kehidupan, kelestarian dan keserasian lingkungan. Di Prambanan, relief pohon Kalpataru digambarkan tengah mengapit singa. Keberadaan pohon ini membuat para ahli menganggap bahwa masyarakat abad ke-9 memiliki kearifan dalam mengelola lingkungannya.
Sama seperti sosok Garuda, Kalpataru kini juga digunakan untuk berbagai kepentingan. Di Indonesia, Kalpataru menjadi lambang Wahana Lingkungan Hidup (Walhi). Bahkan, beberapa ilmuwan di Bali mengembangkan konsep Tri Hita Karana untuk pelestarian lingkungan dengan melihat relief Kalpataru di candi ini. Pohon kehidupan itu juga dapat ditemukan pada gunungan yang digunakan untuk membuka kesenian wayang. Sebuah bukti bahwa relief yang ada di Prambanan telah mendunia.

Kalau cermat, anda juga bisa melihat berbagai relief burung, kali ini burung yang nyata. Relief-relief burung di Candi Prambanan begitu natural sehingga para biolog bahkan dapat mengidentifikasinya sampai tingkat genus. Salah satunya relief Kakatua Jambul Kuning (Cacatua sulphurea) yang mengundang pertanyaan. Sebabnya, burung itu sebenarnya hanya terdapat di Pulau Masakambing, sebuah pulau di tengah Laut Jawa. Lalu, apakah jenis itu dulu pernah banyak terdapat di Yogyakarta?, hingga kini belum ada satu orang pun yang bisa memecahkan misteri itu.

Dengan dimasukkannya Candi Prambanan dalam daftar warisan dunia, maka bangsa Indonesia mempunyai kewajiban untuk melakukan perlindungan dan pemeliharaan bangunan tersebut sesuai dengan konvensi-konvensi yang telah ditetapkan oleh UNESCO. Konvensi tersebut antara lain menjaga kelestarian bangunan dari bahaya perang, kerusakan fisik karena termakan usia, maupun akibat bencana alam. Kelalaian atas kewajiban ini akan berdampak pada hapusnya ketetapan objek tersebut sebagai warisan budaya dunia. Jika Candi Prambanan dihapus dari World Heritage List oleh UNESCO tentu saja akan merugikan Bangsa Indonesia. (baca : Indonesia Mempunyai Situs Warisan Dunia Terbanyak di Asean )

Wah, sangat menarik kan cerita Sejarah Dan Keunikan Candi Prambanan sobat, dan tentunya ke eksotisan candi ini lebih sangat menarik, Bangsa kita kaya akan cerita sejarah dan warisan sejarahnya sobat, jika sobat memiliki informasi yang lebih lengkap mengenai candi prambanan sobat bisa menambahkannya melalui komentar dibawah. Semoga postingan ini bermanfaat ya sobat.

Sumber :
http://dpuspito.blogspot.com/
http://www.yogyes.com/id/

0 comments:

Post a Comment