Dunia musik Tanah Air kembali berduka. Maestro musik Idris Sardi meninggal dunia, maestro
biola Indonesia ini meninggal dunia di usia 75 tahun, Senin (28/4/2014) di
Rumah Sakit Meilia Cibubur pada jam 07.25 WIB. Belum diketahui penyebab
meninggalnya Idris, namun belakangan almarhum dikabarkan sedang sakit.
Rencananya, jenazah Idris akan disemayamkan di Bumi Cimanggis Indah Blok B1
No.9, Jalan Pekapuran, Cimanggis.
Idris Sardi
(lahir di Batavia, Hindia Belanda (sekarang Jakarta), 7 Juni 1938 ) adalah
seorang pemain biola Indonesia. Nama
Idris Sardi sebagai pemain biola sudah tersohor sejak usia 16 tahun. Beliau
menggantikan kedudukan ayahnya Bp. Sardi. sebagai violis pertama dari Orkes RRI
Studio Jakarta pimpinan Saiful Bahri.
Selanjutnya, kiprah
Idris Sardi di blantika musik Indonesia tak hanya sebatas menginspirasi
para seniman. Ia juga dikagumi oleh tokoh politik. Bahkan, ada yang membuatkan
buku secara khusus. Pada usia enam tahun, pertama kali mengenal biola. Pada
umur sepuluh tahun ia sudah mendapat sambutan hangat pada pemunculannya yang
pertama di Yogyakarta tahun 1949. Boleh dikatakan sebagai anak ajaib untuk
biola di Indonesia, karena di usia muda sekali sudah lincah bermain biola.
Sudah berjalan 59 tahun lamanya semenjak Idris Sardi membuat
karya pertama dengan biolanya yang berjudul “Gundah Gulana”, sebuah karya
tempat ia menuangkan perasaannya ketika ayahnya meninggal pada 1953. Sejak
itulah ia dan biola seperti tak terpisahkan. Idris Sardi terus berkarya dan
ikut mewarnai catatan sejarah musik Indonesia.
Tahun 1952 Sekolah Musik Indonesia (SMIND) dibuka, dengan
persyaratan menerima lulusan SMP atau yang sederajat. Pada tahun 1952, Idris
Sardi baru berusia 14 tahun, sehingga ia belum lulus SMP, namun karena
permainannya yang luar biasa ia bisa diterima sebagai siswa SMIND tersebut.
Bersama temannya yang juga pemain biola, Suyono (almarhum) namun bukan anak
ajaib, yang lebih tua 2 tahun merupakan dua orang siswa SMIND yang berbakat
sekali.
Pada orkes slswa SMIND pimpinan Nicolai Varvolomejeff, tahun
1952 Indris yang masih memakai celana pendek dalam seharian duduk sebagai
concert master pada usia 14 tahun, duduk bersanding dengan Suyono. Rata-rata
siswa SMIND berusia di atas 16 tahun.
Guru biola Idris waktu di Yogyakarta (1952-1954) adalah
George Setet, sedangkan pada waktu di Jakarta (setelah 1954) adalah Henri
Tordasi. Kedua guru orang Hongaria ini telah mendidik banyak pemain biola di
Indonesia (orang Hongaria adalah pemain biola unggul).
Di dunia film,
almarhum dikenal sebagai komponis dan ilustrator musik bertangan dingin
sehingga beberapa kali mendapat anugerah Piala Citra untuk kategori Penata
Musik Terbaik untuk beberapa film yakni Pengantin Remaja (1971), Perkawinan
(1973), Cinta Pertama (1974), Doea Tanda Mata (1985). Almarhum mewariskan
talenta musiknya kepada dua anaknya dari pernikahannya dengan Zerlita, Santi
Sardi dan Lukman Sardi, keduanya sukses berkarier di dunia film.
sepanjang hidupnya, Idris Sardi telah meraih berbagai
penghargaan. Penghargaan yang diraih Idris antara lain sebagai komponis dan
ilustrator musik untuk film. Ia mendapat Piala Citra sebagai Penata Musik Terbaik
di film 'Pengantin Remaja' (1971), 'Perkawinan' (1973), 'Cinta Pertama' (1974),
dan 'Doea Tanda Mata' (1985)
Selamat jalan maestro music Indonesia, Indonesia berduka
atas kepergianmu, semoga engkau mendapat tempat terindah dan tenang disisi Sang
Kuasa. Amin.
0 comments:
Post a Comment